Pengertian dan Teknik-Teknik Propaganda Politik


Pengertian dan Teknik-Teknik Propaganda Politik - Dalam ilmu komunikasi politik, dapat dijumpai sejumlah cara untuk melakukan persuasi politik yang kerap dilakukan oleh partai atau komunikator politik dalam upaya mengubah sikap dan perilaku orang dengan menggunakan kata-kata lisan dan tertulis, menanamkan opini baru, dan usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku orang melalui transmisi pesan.

Beberapa cara melakukan persuasi politik tersebut dapat melalui retorika atau pidato politik. Selain itu, periklanan politik pun banyak ditempuh oleh partai atau komunikator politik. Persuasi melalui cara propaganda politik menjadi salah satu cara persuasi yang memiliki keragaman teknik selain itu propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa.

Secara sederhana, pengertian propaganda dapat dimaknai sebagai usaha untuk mempengaruhi pendapat, ideologi atau perilaku masyarakat. Tujuan dari propaganda adalah mengubah perilaku masyarakat atau orang lain sehingga bertindak dan berpikir sesuai dengan keinginan si propagandis (orang yang melakukan propaganda). Haketanya, suatu propaganda tidaklah selalu memiliki konotasi negatif. Propaganda juga bisa bertujuan positif. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar kita sering dipropaganda, entah melalui individu secara langsung atau lewat media massa.

Pengertian dan Teknik-Teknik Propaganda Politik Menurut pendapat pakar komunikasi Harold Laswell, pengertian propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. Ditambahkan pula menurutnya bahwa propaganda adalah kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat kongkrit dan akurat melalui sebuah cerita, rumor dan bentuk-bentuk lain dalam komunikasi sosial.

Jacques Ellul, seorang filosof dan sosiolo
g prancis mengemukakan pengertian propaganda adalah komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan massa yang terdiri atas individu dan dipersatukan secara psikologis melalui manipulasinya dan digabungkan dalam suatu organisasi (Nimmo, 1989).

Pengertian lainnya, propaganda adalah kegiatan persuasif untuk mempengaruhi seseorang atau orang banyak dalam bentuk individu atau kelompok, dalam kehidupan masyarakat atau negara dengan dasar-dasar psikologis agar menerima ide, gagasan ideologi, hasil penemuan baru, konsep-konsep politik atau suatu hal yang belum diterima dan belum dianggap bermanfaat untuk kemudian bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh propagandis (Sumarno, 1989).

Ada beberapa teknik propaganda yang sudah cukup familiar dan contoh penerapannya di bidang politik. Sejumlah
teknik tersebut dapat diuraikan berikut ini:

a. Penjulukan (Name Calling)

Teknik ini merupakan teknik propaganda dengan cara memberikan sebuah ide atau label yang buruk kepada orang, gagasan, objek agar orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Pemberian label buruk tersebut bertujuan untuk menjatuhkan atau menurunkan kewibawaan seseorang atau kelompok tertentu. Contohnya: ketika Joko Widodo resmi menjadi presiden Indonesia. Jokowi disebut lawan politiknya sebagai “Presiden Boneka” yang dikendalikan oleh Megawati dan antek asing. Contoh lainnya: menuduh
saingan atau lawan pemilihan sebagai ‘penjahat’. Teknik name calling amat sering dijumpai di kehidupan sehari-hari.

b. Iming-Iming (Glittering Generalities)

Teknik propaganda ini menggunakan ‘kata yang baik’ untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Teknik propaganda ini digunakan untuk
menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Contoh: Di saat Amerika Serikat merencanakan serangan militer ke Irak, Amerika Serikat menyebutnya sebagai suatu misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.

c. Teknik Transfer

Teknik propaganda ini mencakup kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat “sesuatu” lebih dapat diterima. Teknik propaganda transfer bisa digunakan dengan memanfaatkan pengaruh seseorang atau tokoh yang paling dikagumi dan berkharisma dalam lingkungan tertentu dengan mengidentifikasi suatu maksud menggunakan lambang autoritas, misalnya “Pilih Kembali Mega di Pilpres 2020”.

d. Merakyat (Plain Folk)

Merupakan salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan oleh seseorang untuk menunjukkan dirinya rendah hati
dan empati, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayak dalam usaha bersama yang kolaboratif. Contoh: “saya salah seorang dari anda, hanya rakyat biasa.

e. Kesaksian (Testimonials)

Testimonial berupa ucapan-ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik.Contohnya: dalam masa-masa kampanye pilpres yang lalu, Anies Baswedan dan
Quraish Shihab memberikan dukungan mereka saat itu untuk calon Presiden Indonesia, Joko Widodo dengan memberikan pernyataan kesaksian. Dukungan yang disertai alasan dan argumen pribadi dari kedua tokoh-tokoh yang dihormati tersebut merupakan teknik testimonial dan sedikit banyak mempengaruhi calon pemilih untuk memantapkan pilihannya untuk memilih Jokowi.

f. Menumpuk Kartu (Card Stacking)


Teknik ini dilakukan dengan memilih pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak logis dan menonjolkan salah satu aspek saja. Card Staking merupakan teknik propaganda dengan menonjolkan satu sisi saja, entah baik atau buruk, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja. Card staking meliputi seleksi dan penggunaan fakta atau kebohongan untuk memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik dari suatu gagasan. Contoh penggunaan teknik propaganda ini ketika munculnya tabloid Obor Rakyat pada masa pilpres. Tabloid yang muncul di pesantren-pesantren itu berisi black campaign terhadap Joko Widodo. Tabloid itu hanya menonjolkan sisi negatif dari profil Joko Widodo dengan menyeleksi fakta-fakta yang ada, sehingga hanya hal-hal buruk saja yang terlihat. Contoh lainnya dengan adanya statement atau nya kata-kata “pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan terhadap partai kita”.


g. Gerobak Musik (Bandwagon Technique)

Propaganda dengan teknik ini dilakukan dengan tujuan meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan. Teknik propaganda ini diterapkan untuk meyakinkan orang bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana orang tersebut masuk dalam kelompok tersebut) telah menerima suatu ide atau gagasan. Teknik bandwagon ini memposisikan sasaran sebagai minoritas. Tidak jarang kita menemui kata-kata seperti “teman-temanmu yang sudah pasti pilih A, masa kamu aja yang pilih B?” atau “semua orang sudah pakai C”. Dengan menempatkan sasaran propaganda sebagai minoritas, propagandis secara tidak langsung melakukan intimidasi secara mental. Sehingga, jika sasaran menolak ide atau gagasan dari propagandis, sasaran akan terancam dikucilkan dari suatu kelompok. Contoh lainnya, di jaman orde baru, seluruh Pegawai Negeri Sipil diwajibkan memilih Golkar dalam Pemilu. Apabila ketahuan tidak memilih Golkar, maka akan mendapatkan sanksi. Untuk lebih memahaminya, di bidang ekonomi, teknik propaganda bandwagon ini digunakan untuk menarik minat konsumen akan suatu produk tertentu yang laku keras di pasaran. Contoh: suatu perusahaan minuman ringan dengan semboyan “Inilah Generasi Coca-Cola”, memberi kesan bahwa seluruh generasi meminum produk tersebut.


Demikian penjelasan singkat berkaitan dengan pengertian propaganda dan sejumlah teknik-teknik propaganda serta contoh penerapannya dalam masalah politik yang kerap diterapkan oleh partai atau para komunikator politik.