Faktor-Faktor Penghambat Efektivitas Komunikasi Terapeutik

 
Faktor-Faktor Penghambat Efektivitas Komunikasi Terapeutik
Faktor Penghambat Efektivitas Komunikasi Terapeutik - Sebagaimana dipahami bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Dalam implementasinya, ada sejumlah faktor yang dapat menjadi penghambat komunikasi terapeutik atau yang menyebabkan tidak efektifnya komunikasi terapeutik dalam hal ini antara perawat dan pasien.

Menurut Purwanto (1994) ada beberapa hal yang dapat menghambat komunikasi terapeutik antara lain: kemampuan pemahaman yang berbeda, pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu, komunikasi yang berbeda dan mengalihkan topik pembicaraan.

Sedangkan menurut Dewit (2001), ada beberapa faktor yang dapat menghambat terciptanya komunikasi yang efektif diantaranya adalah:

a. Mengubah subjek atau topik (Changing The Subject)

Mengubah objek pembicaraan akan menunjukkan empati yang kurang terhadap klien. Hal ini akan menjadikan klien merasa tidak nyaman, tidak tertarik dan cemas, sehingga idenya menjadi kacau dan informasi yang ingin didapatkan dari klien tidak tercukupi.

b. Mengungkapkan keyakinan palsu (Offering False Reassurance)

Memberikan keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan akan sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan rasa tidak percaya klien terhadap perawat.

c. Memberi nasihat (Giving Advice)

Memberi nasihat menunjukkan bahwa perawat tahu yang terbaik dan bahwa klien tidak dapat berpikir untuk diri sendiri. Klien juga merasa bahwa dia harus melakukan apa yang dipertahankan perawat. Hal ini akan mengakibatkan penolakan klien karena klien merasa lebih berhak untuk menentukan masalah mereka sendiri.

d. Komentar yang bertahan (Defensive Comments)

Perawat yang menjadi defensif bisa menyebabkan klien tidak mempunyai hak untuk berpendapat, sehingga klien menjadi tidak peduli. Sikap defensif ini muncul karena perawat merasa terancaman yang disebabkan hubungan dengan klien. Agar tidak defensif perawat perlu mendengarkan klien walaupun mendengarkan belum tentu setuju.

e. Pertanyaan penyelidikan (Prying or Probing Questions)

Pertanyaan penyelidikan akan membuat klien bersifat defensif. Karena klien merasa digunakan dan dinilai hanya untuk informasi yangmereka dapat berikan. Banyak klien yang marah karena pertanyaan yang bersifat pribadi.

f. Menggunakan kata klise (Using Cliches)

Kata-kata klise menunjukkan kurangnya penilaian pada hubungan perawat dan klien. Klien akan merasa bahwa perawat tidak peduli dengan situasinya.

g. Mendengarkan dengan tidak memperhatikan (In Attentive Listening)

Perawat menunjukkan sikap tidak tertarik ketika klien sedang mencoba mengeksplorasikan perasaannya, maka klien akan merasa bahwa dirinya tidak penting dan perawat sudah bosan dengannya.

Demikian sejumlah faktor penghambat efektivitas komunikasi terapeutik. Mengimplementasikan ketujuh faktor-faktor tersebut dapat membangun komunikasi antara perawat dan pasien secara efektif.