Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dan Hambatannya

Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dan Hambatannya
Komunikasi Terapeutik Pada Lansia - Sebelum menguraikan lebih lanjut, perlu dipahami terlebih dahulu apa itu lansia dan karakteristik fisiknya. Akronim lansia atau lanjut usia merupakan istilah umum yang digunakan dalam masyarakat. Istilah lainnya yaitu manula (manusia usia lanjut) atau disebut pula dengan istilah glamur (golongan lanjut umur).

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 1969 pasal 1 dinyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 60 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Wahyuni Nugroho,1992)

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia ialah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Hal ini mengacu pada angka usia harapan hidup masyarakat Indonesia yaitu sekitar 65 tahun.

Karakteristik Fisik Lanjut usia

Secara biologik proses penuaan dibagi menjadi 3 fase: yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan, fase pematangan (maturasi) dan fase penurunan (karena penuaan). Proses menjadi tua tidak dapat dihindari oleh semua orang. Proses penuaan pada lanjut usia seringdisertai oleh adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh.

Dampak proses penuaan akan ditemukan banyak lanjut usia yang mengalami gangguan kesehatan. Lanjut usia sering mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini diterangkan beberapa perubahan fisik pada lanjut usia

Lanjut usia mengalami penurunan kapasitas aerobik rata-rata 1% per tahun sesudah usia 30 tahun. Penurunan terjadi karena beberapa faktor, yaitu cardiac output menurun dan fungsi pernafasan yang berubah. Akan tetapi apabila kebugaran dapat dipertahankan sesuai dengan usianya, penurunan tersebut hanya 0,4% per tahun. Penurunan cardiac output terjadi akibat kurang kuatnya kontraksi jantung, menurunnya massa otot jantung. Sedangkan penurunan fungsi pernafasan pada lanjut usia akibat dari kapasitas vital paru-paru dan kapasitas oksidasi otot skelet menurun.

Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

a. Pasien dengan defisit Sensorik

Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi (Crews & Cambell, 2004; Mithell, 2006 ). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun,jumlah gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia, et al 2006). Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis , yang terutama berkenaan dengan suara frekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata.

Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil, lensa mata menguning yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscle, yang mengakibatkan menurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak.

Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (misalnya katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews & Cambell).

b. Pasien dengan Dimensia

Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk dimensi, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan dating (Hingle & Shany, 2009).

Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap ditemani oleh anggota keluarga atau perawat non formal lain (Vieder, et al 2002). Ada banyak tingkatan dimensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin yang disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidaka memiliki makna, seperti‖hal ini‖,‖sesuatu‖, dan ―anda tahu‖. Pada dimensia berat, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipaham atau bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2002).

Dimensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).

Demikian gambaran kondisi komunikasi terapeutik pada lansia dan beberapa hambatan-hambatan yang ditemuai dalam berkomunikasi.